Tahukah Anda kalau affiliate marketing sudah ada sejak sebelum maraknya internet? Dulu, pembeli akan dihimbau supaya mengajak calon pembeli lain untuk berbelanja produk atau jasa milik brand. Jika berhasil, penjualan brand dapat meningkat, dan pembeli bisa mendapatkan keuntungan seperti voucher diskon atau poin yang bisa mereka gunakan untuk pembelian selanjutnya. Namun, seiring berkembangnya teknologi, affiliate marketing mulai banyak digunakan melalui internet, terutama di media sosial.
Apa itu Affiliate Marketing?
Affiliate marketing, atau pemasaran afiliasi, adalah jenis pemasaran di mana brand bekerja sama dengan publisher, influencer, atau content creator untuk mempromosikan produk atau jasa milik brand.
Mudahnya, seorang affiliate bisa melakukan promosi dengan mengajak calon pembeli untuk berbelanja melalui link. Link tersebut akan langsung mengarah ke halaman website di mana calon pembeli dapat langsung membeli produk atau jasa yang sedang dipromosikan.
Strategi yang unik ini mungkin membuat Anda bertanya-tanya, dari mana affiliate marketing ini sebenarnya berasal?
Affiliate Marketing Asalnya Dari Mana?
Strategi affiliate marketing pertama kali diperkenalkan oleh William J. Tobin di tahun 1989 untuk brand miliknya, PC Flowers & Gifts. Strategi yang Tobin populerkan ini mampu membuahkan hasil dari tahun 1991 sampai 1993, ketika PC Flowers & Gifts berhasil menaikkan tingkat penjualan produknya hingga 6 juta U.S. Dollar. Strategi affiliate marketing Tobin terbukti terus berkembang sampai di tahun 1998 dimana brand miliknya mampu mendapatkan lebih dari 3.000 affiliates dari berbagai negara.
Amazon dan Affiliate Marketing
Kemudian, Amazon ikut mempopulerkan strategi affiliate marketing ke arah affiliate marketing networks di tahun 1996 melalui Amazon Associates Program. Melalui program ini, affiliate yang mampu menarik pembeli untuk mengkonsumsi produk dari Amazon dengan membagikan link ke situs Amazon akan mendapatkan komisi sesuai dengan persentase penjualan produk.Saat itu, Amazon yang dimiliki oleh Jeff Bezos hanyalah sebuah brand kecil yang menjual buku. Namun, melalui keberhasilan dari program ini, Amazon berhasil menarik sekitar 2.3% dari seluruh website yang menggunakan advertising network untuk mendaftarkan diri sebagai anggota resmi “Amazon Affiliates”.
Beberapa dari website tersebut sudah meraih keuntungan besar, seperti The Wirecutter yang memiliki perkiraan penghasilan sekitar 10 juta U.S. Dollar di tahun 2016 dan menjadi website terbaik untuk keyword “best” diantara 62.000 keyword lainnya di situs pencarian U.S.
Kesuksesan dari program Amazon Affiliate ini lah yang menginspirasi brand lain untuk mengaplikasikan strategi affiliate marketing di website brand mereka. Di Indonesia sendiri, sudah ada banyak penyedia program affiliate marketing yang tersebar di sekitar kita. Contohnya usaha E-Commerce berupa aplikasi seperti Lazada, Bukalapak, dan Blibli.
Siapa yang Bisa Mempromosikan Produk?
Nah, setelah tahu asal muasal dari affiliate marketing, kira-kira siapa saja, ya, yang bisa mempromosikan produk atau jasa milik brand? Sebelum media sosial populer di kalangan internet seperti sekarang, brand bekerjasama dengan blogger tradisional dan penerbit media yang memiliki website sendiri.
Akan tetapi, karena banyaknya blogger dan penerbit yang berusaha meraih keuntungan sebanyak mungkin dengan mengikuti program affiliate dari brand yang berbeda-beda, sulit bagi brand untuk terlihat unggul jika dibandingkan dengan satu sama lain. Akibatnya, brand jadi harus berpikir dua kali demi mendapatkan kepercayaan calon pembeli melalui strategi affiliate marketing.
Tapi kemudian, ketika media sosial mulai dipopulerkan di tahun 2010 melalui Facebook, munculah influencers, atau sekelompok individu yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi keputusan pembeli karena status, posisi, pengetahuan, serta relasi mereka dengan audience.
Brand pun mulai beralih untuk melakukan promosi dengan influencers di berbagai media sosial, seperti TikTok, Twitter, dan Instagram. Di tahun 2017, terdaftar sudah 86% marketers yang melakukan kerjasama dengan influencers untuk membantu mensukseskan strategi konten untuk promosi brand mereka di media sosial.
Jumlah persentase yang tinggi tersebut didukung oleh salah satu faktor terunik yang dimiliki oleh influencers, yaitu kepercayaan yang kerap ia bangun dengan komunitasnya. Kepercayaan ini lah yang dapat influencers manfaatkan untuk mempromosikan suatu brand ke audience mereka.
Sebuah data dari Forbes melaporkan kalau 92% orang lebih percaya dengan influencers dibandingkan dengan promosi tradisional atau iklan dari selebriti. Dengan kata lain, influencers memiliki potensi untuk mensukseskan promosi suatu produk atau jasa dari brand melalui kepercayaan yang sudah mereka bangun dengan audience mereka. Melalui pendapat personal yang sudah dikemas secara menarik melalui konten di media sosial mereka, influencers dapat mendorong calon pembeli untuk melakukan pembelian melalui link yang akan mengarah ke website milik brand dan membeli produk atau jasa yang dipromosikan.
Partipost Punya Solusinya!
Di Partipost, sebagian besar influencers yang bekerja sama dengan brand melalui program affiliate marketing ini dikenal dengan sebutan Everyday People, yang menggunakan strategi efektif berupa Word-of-Mouth untuk mempromosikan brand ke keluarga, teman, maupun kolega melalui konten yang mereka bagikan di akun media sosial mereka.
Dengan cara ini, kualitas dari brand akan lebih mudah untuk dipercaya oleh calon pembeli yang hendak mengkonsumsi produk atau jasa dari brand. Selain itu, brand juga dapat bekerja sama dengan Everyday People untuk mempromosikan produk atau jasa melalui strategi campaign yang dapat menarik perhatian audience dan meningkatkan brand awareness
Penasaran? Yuk, mulai cari tahu lebih banyak lagi tentang affiliate marketing bersama Partipost Affiliate Program